Kamis, 30 Oktober 2008

KANTONG SEMAR

KANTONG SEMAR (Nepenthes sp.)

Kantong semar atau dalam nama latinnya Nepenthes sp. pertama kali dikenalkan
oleh J.P Breyne pada tahun 1689. Di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan
ini berbeda antara daerah satu dengan yang lain. Masyarakat di Riau mengenal
tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong
beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja
mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini. Sementara
di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes
sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak
Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya
dengan selo bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006).
Sampai dengan saat ini tercatat terdapat 103 jenis kantong semar yang sudah
dipublikasikan (Firstantinovi dan Karjono, 2006). Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai
tumbuhan karnivora karena memangsa serangga. Kemampuannya itu disebabkan
oleh adanya organ berbentuk kantong yang menjulur dari ujung daunnya.
Organ itu disebut pitcher atau kantong. Kemampuannya yang unik dan asalnya
yang dari negara tropis itu menjadikan kantong semar sebagai tanaman hias pilihan
yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Sayangnya, di negaranya
sendiri justru tak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya (Witarto,
2006).
Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman
ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Secara keseluruhan,
tumbuhan ini memiliki lima bentuk kantong, yaitu bentuk tempayan, bulat telur/
oval, silinder, corong, dan pinggang.

A. Penyebaran

Kantong semar tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia
Tenggara, hingga Cina bagian Selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau
Kalimantan dan Sumatera sebagai surga habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang
hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak,
Sabah, dan Brunei) sebagai pusat penyebaran kantong semar. Pulau Sumatera
menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi.
Keragaman jenis kantong semar di pulau lainnya belum diketahui secara pasti.
Namun berdasarkan hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium
Bogoriense, Bogor, ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis, Papua
sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan Jawa dua jenis (Mansur, 2006).

B. Habitat

Kantong semar hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di habitat
yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.
Tanaman ini bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan,
hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana. Berdasarkan
Kantong Semar (Nepenthes sp.) di Hutan... (Fatahul Azwar dkk.)
175
ketinggian tempat tumbuhnya, kantong semar dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
kantong semar dataran rendah, menengah, dan dataran tinggi.
Karakter dan sifat kantong semar berbeda pada tiap habitat. Beberapa jenis
kantong semar yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah dan hutan
pegunungan bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon lain.
Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa
mencapai 30ยบ C pada siang hari, kantong semar beradaptasi dengan daun yang
tebal untuk menekan penguapan air dari daun. Sementara kantong semar di
daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang
batang kurang dari 2 m.

C. Status Perlindungan

Status tanaman kantong semar termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan
Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati
dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on
International Trade in Endangered Species (CITES), dari 103 spesies kantong
semar di dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana masuk
dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam kategori Appendix-2. Itu berarti
segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi.

D. Potensi

Kantong semar memang belum sepopuler tanaman hias lainnya seperti
anggrek, dan aglaonema. Namun, saat ini kepopuleran kantong semar sebagai
tanaman hias yang unik semakin meningkat seiring dengan minat masyarakat
pecinta tanaman hias untuk menangkarkannya. Nama tanaman dari famili
Nepenthaceae ini sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan di negaranegara
seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Sri
Lanka budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi skala industri. Ironisnya,
tanamanan pemakan serangga ini kebanyakan jenisnya berasal dari Indonesia.
Selain berpotensi sebagai tanaman hias, kantong semar juga dapat digunakan
sebagai obat tradisional (Mansur, 2006). Sementara itu, kandungan protein di
dalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan
tanaman endemik Indonesia (Witarto, 2006). Dalam penelitiannya baru-baru ini,
Witarto (2006), berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan
kantong bawah dari N. gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Dari
masing-masing 800 ml cairan yang dikumpulkan dari kantong, dapat dimurnikan
protein sebanyak 1 ml. Uji aktivitas terhadap protein yang telah dimurnikan
menunjukkan bahwa protein itu adalah enzim protease yang kemungkinan besar
adalah Nepenthesin I dan Nepenthesin II.








Gambar 1. Nepenthes gracilis, salah satu jenis nepenthes yang ditemukan di Hutan
Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir

Latina

href="http://www.coolfriendstercomment.com/Showing-Love/100--Pura-Latina_6609.php" target="_blank">
Friendster Comment / Friendster Layout / Myspace Comments